Resume Penjelasan dari Dasar-Dasar Katalogisasi dan Klasifikasi

 NAMA : Arya Lesmana Putera

NIM : 2110403006

KELAS : 21 Illmu Perpustakaan A

FAKULTAS : Adab & Humaniora

DOSEN PENGAMPU : Sely Yoanda S.IP, M.P

Resume Mata Kuliah Dasar-Dasar Katalogisasi & Klasifikasi

Kelompok 1 : Pengadaan Bahan Pustaka

A.    Pengertian Bahan Pustaka

Pengadaan Bahan Pustaka merupakan konsep yang mengacu pada prosedur sesudah kegiatan pemilihan untuk memperoleh dokumen, yang digunakan untuk mengembangkan dan membina koleksi atau himpunan dokumen.

B.     Jenis Bahan Pustaka

- Karya Cetak : Buku, Terbitan Berseri

- Karya Non-Cetak : Rekaman Suara

- Karya Mikro : Mikrofilm, Mikrofis

- Karya Elektronik : CD-ROM (Syihabuddin Qalyuby dkk, 2007: 90)

C.    Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka

Perpustakaan Nasional RI (2002 : 6) menyatakan bahwa program pengembangan

koleksi bahan pustaka bertujuan untuk :

- Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka.

- Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan.

- mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang dikembangkan.

- Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan pustaka dan

pelayanan setiap unit perpustakaan.

- Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.

       Kesimpulan

       Perpustakaan merupakan sebuah instansi yang memberikan dan menyediakan sumber informasi serta ilmu pengetahuan bagi manusia. Setiap perpustakaan melakukan kegiatan

pengadaan bahan pustaka dengan menggunakan proses pembelian, menggunakan anggaran dana yang disediakan, membeli langsung ke toko buku maupun ke penerbit. Kegiatan pengadaan bahan pustaka wajib dilakukan oleh perpustakaan agar koleksi yang dikumpulkan menjadi lebih banyak dan lengkap.

Daftar Pustaka : Yulia, Yuyu. 1993. Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas  Terbuka.

Nurhidayat, Skripsi: Manajemen Pengadaan Koleksi di Perpustakaan Madarasah Aliyah Negeri (MAN) Binamu Jeneponto. Makassar: Skripsi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dabn Humaniora UIN Alauddin Makassar, 2016

Kelompok 2 : Pengolahan Bahan Pustaka 

A.    Definisi pengolahan Bahan Pustaka

Pengolahan Bahan Pustaka merupakan salah satu kegiatan yang ada diperpustakaan yang bertujuan untuk melakukan pengaturan bahan pustaka agar dapat disimpan ditempat tertentu yang sesuai dengan aturan, sehingga memudahkan para pemustaka untuk menemukan suatu bahan pustaka yang dicari dan dibutuhkan.

B.     Hal yang wajib dilakukan sebelum melakukan pengolahan bahan pustaka

Hal yang wajib dilakukan sebelum melakukan pengolahan bahan pustaka adaah pengadaan koleksi. Pengadaan koleksi ini bisa dilakukan dengan cara pembelian, kerjasama, hadiah, sumbangan, dan tukar menukar antar perpustakaan.

C.    Proses pengolahan bahan pustaka

Adapun langkah – langkah atau proses pengolahan bahan pustaka, yaitu :

1.      Menyetempel

2.      Mencatat dalam buku induk (pemberian nomor buku)

3.      Membuat deskripsi bibliografi (catatan desiderata)

4.      Penentuan subjek, diantaranya memberi nomor kelas sesuatu aturan DDC

5.      Pengetikan tabel, kartu buku serta kantong buku

6.      Penempelan : Slip pengembalian, kantong kartu buku, label buku, label warna

7.      Penyampulan buku

8.      Menyusun bahan pustaka yang sudah selesai di olah pada rak yang sesuai dengan nomor kelas

9.      Bahan Pustaka sudah dapat dipinjam dan digunakan.

Daftar Pustaka : Hs, Lasa. Manajemen Perpustakaan Sekolah, Yogyakarta: Pinus Book

Publisher, 2007

Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jendereal Pendidikan Tinggi,  Perpustakaan Perguruan Tinggi;Buku Pedoman. Edisi III. Jakarta :  Departemen Pendidikan Nasional, 2004

Kelompok 3 : Pengertian katalog dan katalogisasi serta peranannya dalam perpustakaan.

A.    Pengertian katalog dan katalogisasi

Katalog adalah daftar cantuman bibliografis dari materi perpustakaan yang disusun menurut cara tertentu yang ada di sebuah perpustakaan. Katalog dilengkapi dengan keterangan judul buku, pengarang, edisi, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, penampilan fisik, bidang subjek, ciri – ciri khusus, dan tempat buku atau bahan ini disimpan. Tujuan utama dibuatnya katalog adalah untuk membantu memudahkan para pengguna dalam melakukan temu kembali informasi.

B.     Tujuan pembuatan katalog menurut ( Cutter : 1876), yaitu :

1.      Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan : Pengarangnya, judulnya dan subjeknya.

2.      Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan : Oleh pengarang tertentu, berdasarkan subjek tertentu atau dalam jenis literatur tertentu.

3.      Membantu dalam pemilihan buku : Berdasarkan edisinya dan berdasarkan karakternya.

C.    Peranannya pada perpustakaan

Perpustakaan dapat dikatakan sebagai suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan informasi seperti mencari ilmu pengetahuan, penyampaikan informasi dan lain-lain. Apabila perpustakaan ini mengikuti perkembangan zaman contohnya adalah OPAC (Online Public Access Catalogue) yang merupakan sistem katalog perpustakaan yang menggunakan komputer, dengan adanya OPAC ini pengguna dapat mencari buku atau koleksi yang ada di suatu perpustakaan tersebut cukup memeriksa ketersediaan koleksi dari komputer. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa peranan katalog dan katalogisasi dalam peprustakaan ialah Sebagai sarana temu kembali informasi di perpustakaan, untuk memudahkan pencarian koleksi tersebut ada atau dipinjamnya koleksi. Dengan adanya katalog online dalam perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan akan pemustakanya.

Daftar Pustaka : Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustkaan Sekolah, (Jakarta: Grasindo PT Gramedia widiasrana, 2001), h.

                        Sulistiyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustatakaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 315.


Kelompok 4 : Pencatatan Bahan Pustaka (Desiderata)

Menurut UU No. 43 Tahun 2007 bahan pustaka adalah semua hasil karya tulis, baik itu karya cetak sampai karya rekaman. Bahan pustaka tidak selalu berbentuk bacaan atau teks saja.

Adapun menurut Sulistyo-Basuki (1993) bahan pustaka memiliki beberapa cakupan, yaitu :

1.      Karya bisa berupa atau berbentuk karya cetak, karya grafis, yang termasuk karya grafis adalah majalah, disertasi, surat kabar, dan laporan.

2.      Karya Non-Cetak, yang termasuk karya Non-Cetak adalah karya yang telah disebutkan sebelumnya, seperti rekaman, bisa dalam bentuk kaset, piringan hitam ataupun video.

3.      Cakupan yang tidak kalah penting adalah bentuk mikro. Umumnya bentuk mikro ini berupa mikrofilm. Terakhir adalah karya yang dikemas dalam bentuk elektronik dan bahan digital lainnya.

A.    Pengertian pencatatan Bahan Pustaka

Pencatatan bahan pustaka artinya semua bahan perpustakaan yang masuk ke perpustakaan atau yang telah diputuskan menjadi milik perpustakaan hatus dicatat pada buku, baik itu buku induk atau langsung dicatat di komputer. Pencatatan ini dapat dipisahkan menurut jenis bahan informasinya. Sebagai contoh, Inventaris buku paket, buku fiksi/non fiksi, majalah, CD, referensi, jurnal, peta/atlas, dan sebagainya. Desiderata adalah daftar subjek yang informasinya diperlukan oleh pengarang buku atau daftar buku yang diperlukan.

Informasi-informasi pada bahan perpustakaan yang harus dicatat pada buku induk atau komputer ini minimal terdiri dari :

1.      Nomor urut

2.      Tanggal pencatatan

3.      Nomor inventaris

4.      Asal bahan pustaka

5.      Pengarang

6.      Judul

7.      Impresum

8.      Keterangan tambahan.

B.     Manfaat Pencatatan bahan pustaka 

Berikut manfaat dilakukannya pencatatan bahan pustaka antara lain :

1.      Memudahkan pustakawan dalam merencanakan pengadaan koleksi pada tahun-tahun berikutnya.

2.      Memudahkan pustakawan melakukan pengawasan terhadap koleksi yang dimiliki.

3.      Memudahkan pustakawan dalam menyusun laporan tahunan tentang perkembangan koleksi yang dimiliki.

Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang mengapa perlu dilakukan pengolahan bahan pustaka, diantaranya adalah :

1.      Untuk inventarisasi (pencatatan) untuk tertib administrasi/peminjaman/mencegah kehilangan buku dll.

2.      Untuk penyortiran agar buku yang tidak layak (rusak/sobek/halaman hilang) bisa diketahui.

3.      Untuk ketagorisasi buku/menentukan penyusunan rak buku secara sistematis guna memudahkan pelayanan kepada para pemustaka.

4.      Untuk katalogisasi (memasukkan buku dalam daftar koleksi).

Contoh Kartu pemilihan buku di perpustakaan. Selanjutnya kartu kartu tersebut disusun untuk membuat daftar desiderata


Daftar Pustaka : Rohanda. 2009. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta Gramedia Widia Sarana Indonesia (Grasindo).

                              Penggelolaan Bahan Pustaka di Perpustakaan Kantor Camat Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan – Andra Rizal, Elva Rahmah


Kelompok 5 : Pengkatalogan (Deskripsi Bibliografi)

A.    Pengertian Deskripsi Bibliografi

Pembuatan dan penyusunan data bibliografis dari bahan perpustakaan disebut deskripsi bibliografis (pengkatalogan/katalogisasi), Dari bahasa belanda = catalogisring, bahasa Inggris = Cataloguing atau Cataloging. Peraturan standar yang berlaku secara internasional adalah Anglo American Cataloguing Rules (AACR2) versi 1988 yang merupakan revisi dari terbitan 1967 dan 1978. Peraturan deskripsi AACR2 berdasarkan pada kerangka kerja International Standart Bibliographic Description (General) atau ISBD (G). Deskripsi bibliografi dalam pembuatan suatu katalog sangatlah penting, karena untuk membuat suatu katalog mempunyai aturan dan delapan daerah yang perlu ditulis di dalam katalog tersebut antara lain : daerah judul dan kepengarangan, edisi, penerbitan, deskripsi fisik, seri monograf, catatan, ISBN, daerah detail koleksi khusus (khusus untuk koleksi non buku).

B.     Pengertian Analisa

Analisa merupakan suatu proses menyiapkan cantuman bibliografis yang mendeskripsikan bagian atau bagian – bagian dari sebuah kesatuan yang luas :

Ø  Deskripsi bibliografis lengkap

Ø  Catatan isi

Ø  Entri tambahan

Ø  Deskripsi multi level (tingkatan). Tingkat pertama berkas (record) informasi berhubungan dengan bahan (item) secara keseluruhan, tingkat kedua atau mungkin seterusnya berkas informasi berhubungan dengan bagian dari suatu bagian.

Deskrpsi bibliografi berdasarkan ISBD (G) terbagi menjadi, yaitu : Daerah judul dan peryataan tanggungjawab, Pernyataan jenis Bahan umum, Daerah edisi, Daerah data khusus, Daerah Terbitan dan pengedaran, Daerah deskripsi fisik, Daerah seni, Daerah catatan, dan Daerah nomor standar.

C.    Tingkatan Deskripsi Bibliografi

1.      Tingkatan pertama

Judul sebenarnya/pernyataan tanggungjawab pertama.—Keterangan edisi.—Data khusus.—penerbit pertama, tahun terbit.—Jumlah.—Catatan.—Nomor Standar.

2.      Tingkata Kedua

Judul sebenarnya [ pernyaataan jenis bahan umum ] = judul paralel : anak judul/pernyataan tanggungjawab pertama, pernyataan bertanggungjawab berikutnya.—keterangan edisi.—Data khusus.—Tempat terbit pertama, dsb.: penerbit pertama, tahun terbit.—Jumlah : data fisik lain ; ukuran.—(Judul sebenarnya seri/pernyataan tanggungjawab seri, ISSN, nomor seri, judul berseri, ISSN seri ; nomor dalam seri).—Catatan.—Nomor standar.

3.      Tingkatan Ketiga

Semua unsur yang diperinci dalam aturan dicatat, bila informasinya tersedia, dalam peraturan harus dicantumkan.

 

Daftar Pustaka :

Pustakawan Madya UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Yulia, Yuyun dan Mustafa, B. (2007). Materi Pokok Pengolahan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

Kelompok 6 : Penentuan Tajuk Entri Utama

A.    Pengertian Tajuk Entri Utama

Tajuk entri utama adalah kata pertama yang dicantumkan dalam entri pertama katalog,tajuk entri utama disebut juga dengan heading karya perpustakaan tajuk digunakan sebagai kata dasar penyusunan katalog dan titik telusur (access point) utama untuk mencari bahan Pustaka yang telah diolah dalam susunan abjad,pengarang,dan judul.tajuk entri utama digunakan juga untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas isi dari suatu karya.

Katalogisasi bahan pustaka dibagi menjadi 3 tanjuk entri diantaranya, yaitu :

1.      Tajuk Entri Kepengarangan.

2.      Tajuk Entri Nama Badan Korporasi.

3.      Tajuk Entri Judul.

B.     Penentuan Tajuk Entri Utama dan Entri Tambahan

1.      Karya pengarang tunggal,tajuk entri uatama pada pengarang.

2.      Karya pengarang ganda.

3.      Karya kumpulan

4.      Karya campuran.

5.      Karya anonym.

6.      Karya badan korporasi

Daftar Pustaka : Yusufhin, F. (2017). Katalogisasi di Era Digital. Pustabiblia: Journal of Library and Information Science, 1(1). https://doi.org/DOI: http://dx.doi.org/10.18326/pustabiblia.v1i1.

49-60


 Kelompok 7 : Klasifikasi umum dan Klasifikasi Khusus

A.    Klasifikasi Umum

Secara harfiah, klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelasnya. Menurut ilmu pengetahuan klasifikasi umum adalah proses mengelompokkan suatu hal berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaannya. Klasifikasi adalah proses pengelompokkan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis.

B.     Tujuan Klasifikasi

1.      Menghasilkan urutan bahan pustaka yang berguna bagi staf perpustakaan maupun bagi pengujung perpustakaan.

2.      Memberikan penempatan bahan pustaka yang tepat sehingga mudah ditemukan dan

dikembalikan sesuai dengan sistem klasifikasi yang digunakan oleh setiap perpustakaan

3.      Memudahkan penyusunan mekani bahan pustaka yang sudah dimiliki. Bahan pustaka yang dipinjam atau dipulangkan tidak akan mengganggu susunan bahan pustaka yang ada di rak jajaran.

C.    Contoh dari Klasifikasi

Klasifikasi Pustaka

Klasifikasi dalam bidang perpustakaan adalah penyusunan sistematis terhadap buku,

katalog, dan bahan pustaka lain sesuai jenis subjeknya. Fungsi klasifikasi pustaka, yaitu sebagai penyusunan buku di jajaran rak dan sebagai sarana penyusunan entri bibliografi pada katalog, bibliografi, dan indeks dalam tata susunan yang sistematis.

Klasifikasi Makhluk Hidup

Dengan adanya begitu banyak keanekaragaman makhluk hidup, maka diperlukan klasifikasiatau pengelompkkanmakhluk hidup untuk dapat dipahami dan dipelajari olehmanusia.

D.    Pengertian Klasifikasi Islam

Klasifikasi Islam merupakan pengembangan dari pedoman pengklasifikasian yang banyak menggunakan DDC. Perkembangan sistem klasifikasi islam ini berawal ketika sebuah kartawinata menulis bahwa istilah agama islam tidak sesuai untuk islam dan beliau mengusulkan memperluas notasinya, sempitnya ruang agama islam di DDC membuat para pustakawan islam membuat sistem klasifikasi khusus terkait memudahkan pengguna dalam menemukan sastra agama islam. Setelah berbagai macam usaha yang dilakukan untuk memberikan ruang luas untuk bahan pustaka islam dan juga pengembangan sistem klasifikasi itu sendiri. Setelah melakukan beracam – macam usaha akhirnya menghasilkan hasil yaitu sistem klasifikasi yang bernotasi berbeda dengan yang berada di DDC.

Prinsip pembagian klasifikasi islam ini dibagi berbeda dengan DDC dan UDC, karena kelas utama dikelompokkan menjadi enam belas dan hana mencakup bidan ilmu pengetahuan keislaman. Bagan klasifikasi ini juga dilengkapi dengan table pembantu dan indeks relative yang mempunya fungsi yang sama. Struktur pembagian kelas klasifikasi islam dikelompokkan sebagai berikut :

A. Pre-Main Classes

1) Religion

2) Pre Judaic Religion

3) Judaism

4) Christianity

B. Main Classes

1) Islam

2) The qur’an : wahy

3) Hadith

4) Phopet Muhammad : The Seerah

5) Muslim Faith

6) Philosophy

A.    Post-Classes

1)      Minority View

2)      Contemporary Philosophies

3)      Common Attributes

B.     Auxiliary Schedules

1)      Time

2)      Geographical Subdivision

3)      Language

4)      Bibliographic Form Division

Daftar Pustaka : Syahdan, dkk. “Analisis Penerapan Sistem Klasifikasi DDC dalam Pengolahan Pustaka.”. Jurnal Edukasi Nonformal, Vol. 2, No. 1, April 2021, hlm. 69.

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Islam, Jilid 7, Jakarta: PT Ichtiar van Hoeve, 2005.


Kelompok 8 : DDC dan E-DDC

A.    Sejarah DDC (Dewey Decimal Classification)

Dewey Decimal Classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi hasil karya Melvil Dewy. Dewey telah memulai sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi nahasiswa dan bekerja sebagai pustakawan di Amsherst Collage, Massachusetts, disebuah negara bagian Amerika Serikat. Pada edisi-edisi selanjutnya, DDC terus melakukan dengan menambahkan subjek-subjek yang belum terdapat didalamnya. Memang ada banyak jenis sistem klasifikasi perpustakaan yang dibuat, akan tetapi tidak ada yang bisa bertahan selama DDC. DDC sudah ada kurang lebih dari satu abad sejak dikeluarkannya buku edisi pertama sampai sekarang.

B.     Dewey membagi menjadi 10 golongan utama dengan angka :

000-099 : Karya Umum

100-199 : Filsafat

200-299 : Agama

300-399 : Ilmu Sosial

400-499 : Bahasa

500-599 : Ilmu Murni

600-699 : Pengetahuan Praktis

700-799 : Kesenian dan Hiburan

800-899 : Kesastraan

900-999 : Sejarah

C.    Sejarah E-DDC (Electric – Dewey Decimal Classification)

Sebuah freeware yang berfungsi untuk membantu tugas pustakawan dan atau petugas perpustakaan dalam menentukan nomor klasifikasi koleksi dengan lebih cepat dan mudah dari pada menggunakan DDC versi cetak. Ditujukan untuk membantu pustakawan atau petugas perpustakaan dalam mencari dan menentukan nomor klasifikasi koleksi perpustakaan berdasarkan sistem klasifikasi DDC dengan lebih mudah, cepat, praktis namun tanpa biaya.

Kesimpulan

DDC (Dewey Decimal Classification) yaitu bagan klasifikasi perpustakaan modern tertua dan yang paling banyak digunakan di AS. Dibuat pertama kali oleh Mevil berkebangsaan Amerika, DDC ini dibuat untuk memudahkan dalam mengelompokkan dan mencari judul buku yang diinginkan dalam banyaknya buku yang ada di perpustakaan. DDC seiring berkembangnya jaman dan majunya teknologi maka DDC ada yang berwujud elektronik dan cetak. Dengan DDC elektronik serasa mudah dalam mencari nomor klasifikasi bahan pustaka, dibandingkan dengan DDC cetak, DDC elektronik sangat membantu dan cepat prosesnya.

Daftar Pustaka : Rotmianto Mohamad. “Freeware e-Class untuk Memudahkan Siapa Saja Mengklasifikasi danMemahami Sistem Klasifikasi Berbasis DDC”. TIBANDU: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 3, No. 1, April 2019, hlm. 55.

Andi Risfan Rizaldi, Asriani Hasan. “Penggunaan Electronic-Dewey Decimal Classification(E-DDC) dalam Manajemen Perpustakaan Komunitas di Kabupaten Barru”. Jurnal PengabdianKepada Masyarakat MEDITEG, Vol. 6, No. 2, November 2021, hlm. 57-58.


Kelompok 9 : OPAC (Online Public Access Catalogue)

A.    Konsep dan Pengertian OPAC

Pada awalnya katalog dikenal masih dalam bentuk manual atau lembaran kertas, namun setelah teknologi informasi masuk ke dalam dunia perpustakaan katalog manual tersebut beralih dalam bentuk online.

Menurut Horgan, OPAC adalah suatu sistem temu balik informasi, dengan satu sisi masukan (input) yang menggabungkan pembuatan file yang tercantum dalam indeks.

Menurut Feather, OPAC adalah suatu pangkalan data dengan cantuman bibliografi yang biasanya menggambarkan koleksi perpustakaan.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan OPAC merupakan suatu sistem temu balik informasi yang berbasis teknologi informasi dan dapat digunakan oleh pemustaka dan pustakawan untuk menelusuri koleksi di perpustakaan yang dapat diakses secara online.

B.     Manfaat OPAC

Salah satu manfaat OPAC adalah untuk temu kembali informasi. Temu kembali informasi adalah sebuah layanan untuk memperoleh informasi atau sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Temu kembali informasi juga merupakan unsur yang sangat penting di dalam sebuah perpustakaan tanpa sarana temu kembali informasi, pemustaka akan mengalami kesulitan mengakses sumber informasi yang tersedia di perpustakaan. Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa sistem temu kembali informasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pengguna sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan kebutuhan pengguna.

Menurut Chowdhury, fungsi utama sistem temu kembali informasi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.      Untuk menganalisis isi sumber informasi suatu dokumen.

2.      Merepresentasikan isi sumber informasi dengan cara tertentu yang memungkinkan untuk dipertemukan dengan pernyataan.

3.      Merepresentasikan pernyataan pengguna dengan cara tertentu yang memungkinkan untuk dipertemukan dengan sumber informasi yang terdapat dalam basis data perpustakaan.

4.      Mempertemukan pernyataan pencarian dengan data yang tersimpan dalam basis data.

5.      Menemukembalikan informasi yang relevan.

6.      Menyempurnakan untuk kerja sistem berdasarkan umpan balik yang diberikan oleh pengguna.

Kesimpulan

Menggunakan katalog online, penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, penelusuran dapat dilakukan diaman saja tidak harus datang ke perpustakaan, menghemat waktu dan tenaga, pengguna dapat mengetahui keberadaan koleksi apakah sedang dipinjam atau tidak, pengguna mendapat peluang lebih banyak dalam menelusur bahan pustaka, dapat menemukan kembali bahan pustaka yang dibutuhkan, meningkatkan layanan perpustakaan, keberadaan perpustakaan diketahui masyarakat luas serta OPAC dapat memberikan reaksi dan respon pengguna dalam suatu cara yang cerdas, cara itu digunakan untuk menunjukkan pilihan penelusuran yang tersedia, mengoreksi pengoperasian yang salah, menunjukkan alternatif dokumen yang cocok dengan kriteria penelusuran dan menuntun pengguna selama melakukan penelusuran, pendekatan yang terakhir ini tidak mungkin bisa dilakukan pada katalog kartu.

Daftar Pustaka : Lely Emiliyana, Pemanfaatan Online Pub- lick Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Temu Balik Pada Perpustakaan, library.polmed.ac.id/.../1072-pemanfaatan-online-public-ac-cesscatalogue-opac lely-e...

Putu Tika Parmawati, Aplikasi Online Public Access Cataloque (OPAC) Berbasis Android Sebagai Sarana Temu Kembali Informasi di Perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha.


Kelompok 10 : Label dan Barcode bahan pustaka

A.    Pengertian Label/Nomor Panggilan

Label adalah nomor panggil bahan pustaka yang ditempelkan bagian belakang atau tempat lain dari bahan pustaka. pelabelan adalah pembuatan dan penempelan label dan

merupakan kelanjutan dari kegiatan katalogisasi dan klasifikasi. Nomor klasifikasi ini akan diproses dan digunakan sebagai nomor panggilan atau "call number" dan dicetak ke dalam label.

B.     Proses Pembuatan E-Tiket

Proses pembuatan label dapat dilakukan secara manual dan dengan mesin, label yang dibuat secara manual terkadang tidak seragam, dan jenis huruf tidak dapat diubah, sedangkan label dibuat oleh mesin, hurufnya standar dan rapi.

C.    Tujuan Pelabelan

● Untuk administrasi perpustakaan Menandai tertib kegiatan administrasi perpustakaan

dengan teknik pengolahan, dan urutan yang teratur koleksi, yang bersumber dari sistem perpustakaan yang digunakan.

● Untuk kemudahan pencarian informasi Sebagai sarana untuk mengontrol keselarasan koleksi untuk kemudahan pencarian literatur penggunaan.

D.    Fungsi Pelabelan

● Kenyamanan penemuan kembali cepat saat pengumpulan dibutuhkan. Karena itu perlu penataan koleksi dengan urutan yang teratur, teratur, untuk mencapai kemudahan penggunaan yang diharapkan. Lebih fungsi yang tepat adalah sebagai tanda yang menunjukkan di mana bahan pustaka disimpan atau diselaraskan.

 

E.     Pengertian kode barcode

Barcode adalah alat yang mampu membaca blok kode ke dalam bentuk alfanumerik, dalam bentuk dari deretan simbol garis yang memiliki arti tertentu tergantung pada jenisnya kode barcode yang digunakan.

F.     Fungsi Barcode

Fungsi nomor barcode adalah untuk membuatnya mempermudah petugas dalam melayani pengguna yang akan meminjam atau mengembalikan buku. Nomor barcode disesuaikan dengan nomor pendaftaran di buku dan alat untuk membacanya disebut "scanner". Template Barcode dan kertas yang digunakan adalah label kertas 103 untuk mencetak barcode buku dan kertas label 107 untuk mencetak barcode CD atau disket. Itu

barcode buku terlampir di bagian depan (sampul) buku di kiri bawah.

G.    Contoh Barcode


Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa :

B menunjukkan jenis bahan pustaka adalah buku

2006 menunjukkan tahun pendaftaran buku

0010 menunjukkan nomor seri barcode.

Daftar Pustaka : Nuddin  M,  T.,  Fithri,  D,  L.,  2015, Sistem    Absensi    Asisten    Dosen Menggunakan  QR  Barcode  Scanner Berbasis    Android   Pada   Program Studi  Sistem  Informasi  Universitas MuriaKudus,    Prosiding    SNATIF Ke-2  ISBN:  978-602-1180-21-1,Hal .310

 

 Kelompok 11 : Thesaurus

A.    Definisi dari Thesaurus

Thesaurus berasal dari bahasa Yunani yang berarti buku yang berupa kosakata, seperti kamus, ensiklopedi, buku sinonim dan antonim (Webster's New Twentieth Kamus Abad, 1978). Tesaurus menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [1] adalah sebuah kitab. referensi berupa daftar kata dengan sinonimnya; buku referensi dalam bentuk informasi tentang berbagai sekumpulan konsep atau istilah dalam berbagai bidang kehidupan atau pengetahuan. Thesaurus dalam pengertian pustaka, dokumentasi dan informasi dapat diartikan menurut fungsi dan strukturnya. Menurut fungsinya, thesaurus adalah alat pengawas (tool alat pengecekan atau pemilihan) kata-kata yang digunakan untuk menerjemahkan bahasa manusia digunakan oleh pengindeks atau pengguna dalam dokumen, menjadi lebih banyak bahasa sistem terbatas. Bahasa sistem ini disebut bahasa dokumentasi atau bahasa informasi. Sementara itu, berdasarkan strukturnya didefinisikan sebagai daftar kata yang secara semantik terkait satu sama lain dan umum. Daftar kata selalu dipantau, mudah diubah, dan biasanya menyertakan sesuatu bidang ilmu tertentu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tesaurus adalah kata-kata yang tersusun sistematis dan atau menurut abjad. Daftar kata terdiri dari kata-kata yang digunakan (disebut deskriptor), kata-kata yang tidak dapat digunakan (disebut non-deskriptor), dan petunjuk hubungan antara satu kata dengan kata lainnya.

B.     Fungsi Tesaurus

Thesaurus sebagai alat komunikasi di lingkungan perpustakaan, dokumentasi, dan Informasi memiliki beberapa fungsi dalam sistem dokumentasi dan pengelolaan informasi. Fungsinya adalah

1.      Sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan konsep dari bahasa alami ke dalam

bahasa sistem dokumentasi dan informasi.

2. Berikan istilah standar untuk mewakili konsep dokumen atau topik pencarian informasi.

3. Connecting, menghubungkan konsep informasi sejenis dalam sistem dokumentasi dan

informasi.

4. Mengelompokkan informasi menurut tingkat cakupan disiplin ilmu atau jenis konsep

informasi.

5. Meningkatkan kualitas hasil pencarian informasi.

6. Memudahkan pencarian informasi terkait/terkait dengan topik yang diminta secara

Langsung secara otomatis dalam database.

C.    Bagian Tesaurus

Thesaurus biasanya terdiri dari tiga bagian. Bagian utama menunjukkan Posisinya kata atau istilah dalam suatu struktur dan disebut hirarki pengaturan. Bagian selanjutnya adalah daftar istilah-istilah ini, disusun menurut abjad dan ditampilkan lainnya ketentuan yang terkait dan jenis hubungan, disebut Sesuai abjad. Bagian terakhir adalah indeks, sebagian besar dalam bentuk permutasi.

Berikut ini beberapa komponen khusus yaitu :

● Komponen Tesaurus

● Komponen utama tesaurus adalah daftar yang biasanya

● disusun menurut abjad, yang terdiri dari dua komponen, yaitu:

● (1) istilah indeks atau deskriptor, yaitu istilah yang dapat digunakan

● untuk mengekspresikan konsep dalam sistem penyimpanan dan pengambilan;

● (2) istilah non deskriptor yang berfungsi sebagai istilah masuk, fungsi

● sebagai panduan untuk deskriptor

 

Kesimpulan

Arti tesaurus adalah daftar istilah yang berasal dari abjad skema klasifikasi arsip dan disusun secara hirarkis menunjukkan hubungan antar istilah. Tesaurus arsip mendefinisikan istilah apa yang bisa dan tidak dapat digunakan saat mengklasifikasikan arsip. Thesaurus membantu memastikan institusi menggunakan satu set istilah seragam untuk mengklasifikasikan arsip. tesaurus ini membuatnya mudah untuk menemukan arsip dan menghemat waktu dan uang pencarian arsip. Instansi diminta untuk melakukan pengelolaan arsip yang memadai sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Klasifikasi arsip efektif, melalui pengembangan dan penggunaan tesaurus, memfasilitasi penangkapan, pengambilan, pemeliharaan, dan penyusutan catatan.

Daftar Pustaka : Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Edisi ke-4. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Archives New Zealand. 2002. Electronic Records. a Vision and Policy for the New Zealand Government Sector. Diakses tanggal 13 April 2002 melalui http://www.archives.govt.nz/.

 

 Kelompok 12 : Laporan Pengelolaan dan Layanan Perpustakaan

A.    Laporan Pengelolaan peerpustakaan

Laporan pengelolaan perpustakaan merupakan Laporan tertulis dan dibuat berdasarkan laporan

yang dibuat oleh setiap bagian atau sub bagian yang ada di perpustakaan. Berikut ini beberapa

pembahasan mengenai Laporan pengelolaan di perpustakaan :

1. Perencanaan, perencanaan pengelolaan perpustakaan diawali dengan penyusunan program

kerja tahunan berupa program jangka panjang, program jangka menengah, program jangka pendek dan program kerja harian, serta penyusunan rencana anggaran dana berupa penyusunan proposal sehubungan dengan rencana kebutuhan akan sarana dan prasarana perpustakaan tersebut.

2. Pengorganisasian, pengorganisasian pengelola perpustakaan dilakukan dengan menyusun struktur organisasi perpustakaan yang terdiri atas kepala sekolah sebagai penanggungjawab, kepala perpustakaan selaku koordinator dan 3 (tiga) orang staf yang ditugaskan pada bagian administrasi (pengelolaan), pelayanan dan penjagaan.

3. Pelaksanaan, Pelaksanaan pengelolaaan perpustakaan dilakukan dengan melaksanakan kegiatan program kerja tahunan sesuai dengan rencana program kerja tahunan perpustakaan yang disusun pada awal perencanaan pengelolaan perpustakaan, yaitu program kerja harian, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

4. Evaluasi. Yaitu untuk mengetahui pencapaian hasil kerja dari berbagai program yang telah ditetapkan yang akan dijadikan sebagai masukan untuk melakukan perbaikan penyelenggaraan perpustakaan pada tahun-tahun ajaran berikutnya.

5. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat, faktor penghambat pengelolaan perpustakaan, yaitu minimnya dana operasional untuk pengelolaan perpustakaan, sehingga berpengaruh terhadap kelengkapan sarana dan prasarana perpustakaan, terbatasnya sumber daya manusia yang berlatarbelakang pendidikan sebagai pustakawan, sehingga kurangnya kreativitas dalam pengelolaan perpustakaan dan kurangnya perhatian dan kepedulian pihak sekolah dan pemerintah terhadap perpustakaan sekolah. Faktor pendukungnya, yaitu adanya kerja sama yang cukup baik dan kompak antarwarga sekolah, siswa, guru dan pengelola.

B.     Layanan Perpustakaan/Otomasi Perpustakaan

Menurut Cohn, otomasi perpustakaan merupakan sistem yang mengkomputerisasikan beberapa kegiatan yang dilakukan pada perpustakaan tradisional seperti, kegiatan pengolahan bahan pustaka, sirkulasi, katalog publik (OPAC), pengadaan (akuisisi), manajemen keanggotaan, pengelolaan terbitan berseri, dan pelaporan.

Sistem otomasi perpustakaan yang baik adalah sistem yang terintegrasi, mulai dari sistem pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, sistem pencarian kembali bahan pustaka, sistem sirkulasi (peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan), keanggotaan (membership), pengaturan hak akses keanggotaan, pengaturan denda keterlambatan pengembalian, sistem booking dan sistem reporting aktivitas perpustakaan dengan berbagai parameter pilihan.

Adapun tujuan dari otomasi perpustakaan adalah :

• Meringankan beban pekerjaan, khususnya yang rutin dan berulang-ulang;

• Menghemat waktu dan tenaga sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam bekerja;

• Meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna;

• Memberikan hasil pekerjaan yang konsisten dan akurat;

• Memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dilakukan secara manual;

• Meningkatkan pencitraan yang positif terhadap perpustakaan;

• Meningkatkan daya saing; dan

• Meningkatkan kerjasama antar perpustakaan.

Kesimpulan

Perpustakaan merupakan jantung perguruan tinggi. Keberadaan perpustakaan mutlak diperlukan dalam rangka mendukung suksesnya perguruan tinggi yang bersangkutan. Perpustakaan berperan sebagai penolong pertama bagi mahasiswa dan dosen dalam memepengelolaan perpustakaan dengan menyusun program kerja pada tahapan perencanaan yang terdiri atas program kerja harian, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk melaksanakan semua program kerja tersebut, maka kepala sekolah membentuk struktur organisasi pengelola perpustakaan sebagai pelaksana kegiatan harian beserta deskripsi kerja (job description) dari masing-masing bagian/fungsi kerja yang terdapat di dalamnya. Program kerja yang telah direncanakan pada tahapan perencanaan direalisasikan pada tahapan pelaksanaan oleh pengelola perpustakaan, aanuhi kebutuhan informasi. Dengan adanya perpustakaan diharapkan, pemustaka dapat dengan cepat memenuhi kebutuhan mereka. Untuk menuju perpustakaan yang profesional perlu meningkatkan berbagai layanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pemustaka. Pengelolaan perpustakaan dengan menyusun program kerja pada tahapan perencanaan yang terdiri atas program kerja harian, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk melaksanakan semua program kerja tersebut, maka kepala perpustakaan membentuk struktur organisasi pengelola perpustakaan sebagai pelaksana kegiatan harian beserta deskripsi kerja (job description) dari masing-masing bagian/fungsi kerja yang terdapat di dalamnya. Program kerja yang telah direncanakan pada tahapan perencanaan direalisasikan pada tahapan pelaksanaan oleh pengelola perpustakaan. Salah satu penerapan teknologi informasi di perpustakaan untuk membantu mengembangkan sistem layanan administratif adalah sistem otomasi. Sistem otomasi sangat membantu kinerja pustakawan dalam mengelola

perpustakaan dengan efektif dan efisien sehingga memberikan kepuasan tersendiri dalam memberikan layanan kepada para pemustaka.

Daftar Pustaka : Pawit, Y & Suhendar, Y. 2007. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hendarsyah, Decky. ͞”Sistem Digitalisasi dan Otoŵasi Perpustakaan.͟” IlmuKomputer.Com : ikatlah ilmu dengan manuliskannya, 2008. http://ilmukomputer.org/2008/09/24/sistem-digitalisasi-danotomasi-perpustakaan/.

 

 Kelompok 13 : Evaluasi pengelolaan dan Layanan Perputakaan

A.    Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan mengatur koleksi bahan Pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan (Wafford (1969:1) dalam Darmono (2007:2). Perpustakaan merupakan jantung dari sebuah universitas, karena tanpa perpustakaan proses belajar mengajar serta pusat penelitian menjadi kurang optimal. Untuk dapat memuaskan pemustaka perpustakaan harus mengacu pada satu standar. Standar Nasional Perpustakaan (SNP) merupakan standar acuan minimal dalam melaksanakan perpustakaan.

perbaikan untuk mencapai standar SNP adalah mengklasifikasikan koleksi buku per program studi, pengukuran pencahayaan dan kelembaban, memperpanjang jam layanan, penyetaraan tingkat pendidikan pustakawan serta memberitahukan keberadaannya kepada Perpusnas.

B.     Tahap pengelolaan & Layanan perpustakaan

1.      Tahap masukan (input)

Sumber daya manusia merupakan unsur penting dalam pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan perpustakaan.

2.      Tahap proses

Layanan yang disediakan menggunakan sistem layanan terbuka, dimana perpustakaan memberikan kebebasan langsung kepada pemustaka untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

3.      Tahapan Keluaran (output)

Menurut SNP Kabupaten/Kota (2013: 12) mengatakan bahwa “pelaporan dibuat secara berkala dengan mengacu pada tugas dan fungsi perpustakaan”. Banyak pemustaka yang tidak mengisi buku daftar pengunjung perpustakaan sehingga ketidakhadirannya tidak termasuk kedalam daftar pengunjung.

Daftar Pustaka : Ganggi, Roro.I.P. 2015. Dualisme Standar Perpustakaan Perguruan Tinggi (Studi Kasus Implementasi Standar Perpustakaan Perguruan Tinggi di PerpustakaanUniversitas di Yogyakarta).

Badan Standar Nasional Perpustakaan. 2011. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Perpustakaan Republik Indonesia.

Komentar